Laman

Sabtu, April 30, 2011

bukan untuk diperdebatkan

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Dr. Nazaruddin Umar mengatakan “ kami merasa ‘surprise’ ketika mengetahui pihak yang mengkritik Al Qur’an berasal dari teman-teman MMI, kalau JIL kami masih bisa memahami”.

Nazaruddin menambahkan, bahwa Al Qur’an terjemahan yang saat ini tersebar di masyarakat telah diterjemahkan oleh tim penerjemah yang beranggotakan sekitar sepuluh orang. Tim penerjemah terdiri dari ulama-ulama mumpuni dalam menerjemahkan Al Quran, yakni ulama-ulama yang berasal dari lembaga-lembaga yang dianggap kredibel menerjemahkan Al Quran, antara lain Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan ormas Islam lainnya yang keilmuannya tentang bahasa Arab, Al Qur’an dan tafsirnya tidak diragukan lagi.

Sebagai pemirsa, tentunya berharap ada penjelasan yang menyejukkan dari ustad Irfan S Awwas dari MMI tentang terjemahan Al-quran. Sayang sekali, ternyata harapan itu tidak terwujud, yang ada bahkan ustad mensinyalir bahwa ada kesalahan dalam terjemahan Al-quran dari Departemen Agama dan khawatir terjemahan tersebut mengakibatkan  masyarakat awam bisa salah mengerti dan dapat memicu kekerasan.

Koreksi ustad yang disiarkan oleh media TV dan didengar oleh beragam masyarakat, mulai dari masyarakat yang tidak pernah baca Al-quran, tidak pernah baca terjemahan Al-quran, tidak kenal Al-quran,  yang suka membelokkan Al-quran, bahkan tidak sedikit masyarakat yang membenci Al-quran. Apakah ada pertimbangan ustad tersebut terhadap masyarakat yang sangat heterogen.

Mestinya harus ada pertimbangan yang tinggi bahkan mungkin harus istikharah untuk mengkoreksi terjemahan Al-quran melalui media TV. Perlu atau tidaknya dikoreksi terjemahan tersebut harus tetap mempertimbangkan harga diri sebagai pemilik Al-quran.

Bisa saja koreksi tersebut menimbulkan kemarahan oleh komunitas islam yang lain, sehingga menimbulkan perdebatan yang hanya mngkedepankan pemahamannya sendiri.

Janganlah ummat Islam itu bertengkar melalui media TV dipandu oleh presenter yang penampilannya tidak Islami dan tidak memahami Islam. Karena sepertinya presenter juga hanya mencari celah dari suatu kalimat narasumber yang dapat diperdebatkan sehingga dialog menjadi lebih panas.

Islam bukan untuk diperdebatkan, tetapi untuk diamalkan.



Selasa, April 26, 2011

siapa yang radikal

Detiknews.com - Senin, 25/04/2011 16:47 WIB.  Pengurus Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor mewajibkan bagi kadernya mulai hari ini melakukan sweeping masjid Nahdlatul Ulama (NU) di seluruh Indonesia. Perintah sweeping ini terkait mulai banyaknya ajaran Islam radikal yang mengarah pada terorisme hingga paham Negara Islam Indonesia (NII). Nusron mengindikasikan banyak orang-orang berjenggot, berjidat hitam dan bercelana cingkrang tinggal di banyak masjid. Mereka bermukim di masjid-masjid yang tersebar di Tanah Air, mengajarkan ajaran Islam berdimensi radikalisme.

Dengan alasan apa mereka mengindikasikan bahwa  orang-orang yang berjenggot, berjidat hitam dan bercelana cingkrang adalah Islam radikal. Apakah mereka mengerti dengan arti radikal.

1.      Tentang Jenggot

Ibnu Umar telah meriwayatkan dari Nabi s.a.w. yang mengatakan :

        “Berbedalah kamu dengan orang-orang musryk, peliharalah jenggot dan cukurlah kumis”
         (Riwayat Bukhari).

Perintah Rasulullah ini mengandung pendidikan untuk umat Islam supaya mereka mempunyai kepribadian tersendiri serta berbeda dengan orang kafir lahir dan batin, yang tersembunyi maupun yang tampak.

2.       Tentang Jidat Hitam

Jika Allah ingin memberikan rahmat kepada ahli neraka, maka Dia memerintahkan malaikat untuk mengeluarkan mereka yang menyembah Allah. Lalu malaikat mengeluarkan mereka. Mereka dikenali karena ada bekas sujud pada wajahnya. Dan Allah mengharamkan neraka untuk memakan tanda bekas sujud sehingga mereka keluar dari neraka. Seluruh anak Adam bisa dimakan api neraka, kecuali bekas sujud. (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa orang yang shalatnya baik di dunia ini dan punya bekas sujud, nanti di akhirat kalau sudah terlanjur masuk neraka, akan dikeluarkan dari dalamnya. Dan cara untuk mengenalinya adalah dari cahaya bekas sujud yang memancar dari dahinya. Dan bahwa cahaya bekas sujud itu tidak akan hilang termakan oleh panasnya api neraka.
Adapun bekas sujud yang sifatnya seperti cahaya di akhirat nanti, kita dapati keterangannya dari hadits lainnya berikut ini.

Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada seorang pun dari umatku kecuali aku mengenalnya pada hari kiamat kelak." Para shahabat bertanya, "Ya Rasulallah, bagaimana anda mengenali mereka di tengah banyaknya makhluk?" Beliau menjawab, "Tidakkah kamu lihat, jika di antara sekumpulan kuda yang berwarna hitam terdapat seekor kuda yang berwarna putih di dahi dan kakinya? Bukankah kamu dapat mengenalinya?" "Ya", jawab shahabat. "Sesungguhnya pada hari itu umatku memancarkan cahaya putih dari wajahnya bekas sujud dan bekas air wudhu'. (HR Ahmad dan Tirmizy)

Hanya yang perlu dipahami adalah warna kehitaman di dahi itu tidak selalu menunjukkan bahwa orang itu banyak shalat. Dan bukan juga lambang dari ketaqwaan seseorang.


3.    Tentang celana cingkrang

"Kain yang di bawah mata kaki tempatnya di neraka" (HR. Bukhari)

"Orang yang memanjangkan kainnya karena riya`, Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat".(Hr.Malik, AbuDaud, An-NasaidanIbnuMajah).

Siapa yang memanjangkan pakaiannya karena khaila`(karena sombong dan bangga diri), Allah tidak melihatnya pada hari kiamat. Abu Bakar As-Shiddiq ra berkata,'Ya Rasulullah, kainku ini longgar namun aku tetap menjaganya. Rasulullah SAW bersabda,'Kamu bukan termasuk orang yang sombong dan bangga diri. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang membicarakan hal itu. Namun berkaitan dengan bentuk hukum yang diistimbat, para ulama berbeda pandangan tentang keharamannya.
Sebagian ulama mengaitkan hubungan antra isbal dengan motifnya, yaitu sombong dan bangga diri.

Mengapa orang yang meyakini dan menjalankan sunnah Rasulullah saw yang menjadi panduan seluruh umat Islam harus di sweeping, apakah mereka akan mengatakan bahwa Rasulullah saw adalah radikal dalam versi mereka.

Islam tidak mengajarkan radikalisme dalam arti kekerasan, tetapi penting untuk radikal dalam memegang prinsip yang benar.

Dengan mensweeping orang-orang yang berjenggot, berjidat hitam dan bercelana cingkrang, mengindikasikan bahwa mereka bersikap radikal terhadap orang-orang yang menjalankan sunnah Rasulullah saw. 

Sabtu, April 16, 2011

introspeksi diri

Kenapa bi lambangnya burung Garuda ?
Ya iyalah .. masak ulat bulu ..

Serangan ulat bulu sudah sangat meluas di Jawa Tengah, bahkan  sudah ditemukan juga serangan ulat bulu di Payakumbuh Sumbar. Banyak analisa mengatakan bahwa :

·        Berkurangnya  populasi hewan yang menjadi pemangsa alami ulat bulu saat ini, seperti burung pemakan serangga dan semut pohon turut memengaruhi merebaknya populasi ulat bulu karena rusaknya rangkaian rantai makanan
·        Penyebab merebaknya populasi ulat bulu bisa juga karena perubahan iklim, iklim yang tak menentu, yang mempengaruhi perilaku sejumlah spesies hewan.
·        Erupsi merapi ikut mempengaruhi terjadinya gejala ulat bulu

Kita harus berkaca pada Firman Allah SWT dalam surat Al-A’raaf : 130 – 135 yang artinya sebagai berikut :

130.     Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.
131.    Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
132.    Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu."
133.    Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah[558] sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa
134.    Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu[559]. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu."
135.    Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya.

Sensitivitas ummat Islam terhadap musibah sudah sangat tipis bahkan mati rasa. Semua musibah selalu dilemparkan kepada gejala atau fenomena alam. Para ilmuan mendukung teori ini dengan bahasa ilmiah dan sulit dimengerti membenarkan bahwa gejala alam adalah faktor utama terjadinya segala musibah. Dengan alasan ini mereka ingin menghindarkan diri dari tuduhan kedurhakaan kepada Allah SWT. Dan para musuh Islam tidak ingin  ummat Islam itu mengintrospeksi diri dan menyadari kelalaian ataupun kedurhakaannya kepada Allah sehingga kembali ke jalan Islam yang benar

Mestinya apapun yang terjadi pada diri kita dan negri ini harus menjadi bahan introspeksi dan evaluasi apakah kita sedang mendapat azab ataukah ujian. Kita harus dapat mengukur diri sendiri sejauh mana kita bisa dikatakan mendapatkan ujian.

Tidak mungkin kita mengatakan bahwa diri kita diuji apabila kita mendapatkan musibah sementara kita sering berbuat dosa dan melupakan Allah SWT

Ya Allah, janganlah Engkau cabut rasa takut kepada Engkau dalam diri kami

Jumat, April 15, 2011

siapa salah

Pengalihan isu
Islam selalu menjadi pengalihan isu ..
Sering terjadi pengalihan isu tersebiut bersifat tuduhan
Mendiskreditkan Islam

Bom buku
Bom cirebon
NII
Penculikan Lian
Teroris

Semua dituduhkan kepada Islam
Memojokkan Islam lebih penting daripada memberantas korupsi
Memojokkan ulama lebih penting daripada membicarakan orang miskin

Islam tidak dihargai oleh negri yang penduduknya banyak ummat islam
Islam menjadi kecil di negri yang penduduk Islamnya paling besar ..

Sedihnya ..

Yang banyak mengamati dan mengomentari tentang isu tersebut 
adalah para cendikiawan yang beragama Islam

Mereka orang pintar,
Pengamat politik islam
Pengamat teroris
Pengamat lain-lain

Dengan gagahnya mengomentari bahwa jemaah itu selalu begini, begitu, punya jaringan ini dan itu
Dengan senang hatinya mereka bertanya dengan narasumber dengan pertanyaan yang tendensius
Yang bertanya dan yang ditanya adalah masyarakat Islam

Dimana kecintaannya terhadap Islam

Siapa yang salah ..
Yang salah adalah masyarakat Islam itu sendiri ..

Cinta dunia dan takut mati ...